Benda Cagar Budaya Emas Rumbit
Emas Rumbit
Rumbit, demikian akrab disapa untuk sepasang emas putih yang disimpan rapi dalam sebuah kotak persegi empat berukuran kurang lebih 15 x 15 cm. Kotak ini digantung pada tiang utama (siri bongkok) rumah adat (mbaru gendang) Wontong, Desa Wontong, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Kotak ini dibuka sekali dalam setahun atau pada saat upacara adat syukuran atau penti dan hanya bisa dibuka oleh tua gendang Wontong.
Bisa juga dibuka di luar waktu yang disebutkan namun harus buat ritual singkat. Rumbit belum dikenal oleh masyarakat luas bahkan masyarakat kampung Wontong pun masih ada yang belum pernah melihatnya secara langsung. Menjangkau rumah adat gendang Wontong tempat penyimpanan Rumbit, pengunjung harus menempuh jarak kurang lebih 91 km dalam waktu tiga sampai empat jam dengan menggunakan roda dua dan roda empat. Melelahkan dan sangat menantang karena harus melewati kondisi jalan yang berlubang, namun terobati dengan berbagai makanan khas Manggarai yang disediakan di beberapa kuliner sepanjang jalan seperti Wae Bobok dan Sano Limbung dan beberapa kuliner lainnya.
Di kampung Wontong, orang tidak hanya mengenal Rumbit, tetapi masih ada objek wisata menarik lainnya seperti Gua Wae Bombang, Gua Empo Sanga, Danau Hano Ndoeng dan beberapa benda cagar budaya seperti watu Waja dan compang Wontong yang berlokasi persis di depan rumah gendang Wontong. Letak yang tidak jauh antara yang satu dengan yang lainnya, tentu sangat menguntungkan bagi pengunjung karena tidak membutuhkan waktu yang lama dan tenaga ekstra dalam menyusurinya.
Legenda Emas Rumbit
Nenek moyang masyarakat Wontong mengenal Rumbit untuk pertama kalinya pada saat mereka mendengar lolongan anjing yang tiada hentinya. Hal inilah yang membuat mereka mencari tahu apa yang sedang terjadi. Sepasang emas putih bergerak terus-menerus di dalam gong yang berada di bawah tanah. Gerakan rumbit membuat gong berbunyi. Bunyian inlah yang membuat anjing selalu melolong. Saat itulah nenek moyang orang Wontong mengambil dan menempatkannya di sebuah rumah di kampung Wontong.
Rumbit bisa makan. Setiap tahun atau setiap acara adat di kampung Wontong, dia selalu diberi makan atau sesajian dalam bentuk beras. Segenggam beras setiap tahun disajikannya dalam kotak yang bersegi empat dan selalu habis. Tidak tahu secara pasti untuk waktu berapa lama dia menghabiskan segenggam beras tersebut. Rumbit juga bisa bergerak dan pergi ke tempat yang jauh. Dia pernah ke Bari, ibu kota Kecamatan Macang Pacar, mengunjungi warga keturunan Wontong. Dia ke sana menjelma sebagai binatang, namun tidak disebutkan binatang jelmaannya. Namun orang Wontong yang dikunjunginya itu tahu dan merasa bahwa itu adalah Rumbit.
Dalam konteks lain, Rumbit juga bisa marah kalau tidak diberikan makan atau sesajian. Dia bisa menjelma sebagai binatang, seperti: monyet, tikus, dan babi hutan. Dia bisa merusak dan memakan tanaman pertanian dari warga Wontong yang bermayoritas petani, tutur Bapak Daniel Jafrudin. Rumbit pernah dicuri dan dijual oleh orang yang tidak bertanggung jawab, namun kembali lagi ke kampung Wontong.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, setelah Rumbit bergabung dan menyatu bersama nenek moyang orang Wontong, sepasang kalung emas yang diduga suami istri mencari keberadaan Rumbit dan berhasil menemukannya. Rumbit merupakan teman mereka dan pernah tinggal bersama kedua kalung tersebut. Nenek moyang orang Wontong pernah menawarkan mereka untuk tinggal bersama Rumbit. Tawaran inipun diiakan oleh sepasang kalung emas dengan suatu syarat harus membunuh seorang ibu hamil. Tawaran tersebut sangat tidak disetujui oleh nenek moyang orang Wontong dan membiarkan mereka kembali ke habitatnya.
Sepasang kalung emas itu tinggal di sebuah mata air bernama Gergente. Tempat ini menjadi wae barong bagi masyarakat wontong saat mereka melakukan ritual adat seperti penti yang diadakan setiap tahun atau di waktu waktu tertentu. Menurut keyakinan masyarakat setempat, kedua kalung emas ini muncul pada saat saat tertentu saja. Bagi orang yang dapat melihat kedua kalung emas ini sangat beruntung, karena bisa membuat dia pintar dan tidak perlu sekolah lagi, lanjut Daniel.
Komentar
Posting Komentar