Legenda Istana Ular

Istana Ular

Istana Ular merupakan sebuah tempat yang tidak asing lagi di telinga para wisatawan nusantara dan manca negara. Istana Ular merupakan sebuah gua yang besar yang dipenuhi berbagai jenis  ular dengan berbagai warna dan ukuran. Jarak dari Kota Labuan Bajo dengan Istana Ular sekitar 75 km dan dapat ditempuh dalam waktu 2 jam dari Kota Labuan Bajo. Untuk menuju istana ini pengunjung membutuhkan waktu kurang lebih dua setengah jam dengan menggunakan kendaraan roda empat. Dari pusat Desa Galang sekitar 3,5 km dan dari kampung Weto menuju mulut gua kurang lebih 500 m.

Sejarah tentang istana ular mempunyai kaitan erat dengan cerita sebuah keluarga yang memiliki seorang anak laki laki dan seorang anak perempuan. Pada zaman dahulu mereka hidup bersama layaknya sebagai anak anak dalam keluarga, namun kebersamaan mereka bukan lagi seperti hubungan saudara, seperti anak anak lainnya, tapi mereka melakukan hubungan terlarang, yaitu melakukan hubungan suami istri yang sebenarnya tidak layak untuk adik dan kakak. Orang Manggarai menyebutkan perkawinan jurak

Karena mereka telah melakukan hal yang melanggar adat dan budaya, kedua orang tua mereka menyiksanya sekaligus mengusirnya pergi dari kampung tempat mereka tinggal.  Beberapa tahun kemudian orang tua mereka kaget karena keduanya telah berubah bentuk, yaitu menjadi ular. Entah apa yang menjadi tanda bahwa itu anak mereka, yang pasti mereka erasakan bahwa itu kedua anak kandung mereka. Ular yang dianggap sebagai anak kandungnya, mendiami sebuah gua besar yang dinamakan istana ular. Istana Ular dianggap istana bagi anak kandungnya.

Siapapun yang ingin masuk ke gua istana ular ini, diawali dengan ritual adat. Ritual adat biasanya dilakukan oleh tetua adat setempat. Ritual adat yang dilakukan berupa "teing tuak" Pada saat prosesi adat, sarana "Teing Tuak" berupa telur ayam kampung.





Foto Ritual Adat

Istana Ular

Snake Palace is a place that is familiar to domestic and foreign tourists. Snake Palace is a large cave filled with various types of snakes of various colors and sizes. The distance from Labuan Bajo City to the Snake Palace is around 75 km and can be reached in 2 hours from Labuan Bajo City. To get to this palace, visitors need approximately two and a half hours by four-wheeled vehicle. From the center of Galang Village about 3.5 km and from Weto village to the mouth of the cave approximately 500 m.

The history of the snake palace is closely related to the story of a family that had a son and a daughter. In ancient times, they lived together like children in a family, but their togetherness was no longer like a relationship between siblings, like other children, but they had forbidden relations, that is, husband and wife relations which were actually not suitable for younger brothers and sisters. Manggarai people call jurak marriage.

Because they had done something that violated customs and culture, their parents tortured them and kicked them out of the village where they lived. Several years later their parents were shocked because both of them had changed shape, namely into snakes. I don't know what the signs are that it's their child, what they definitely feel is that it's their two biological children. The snake, which is considered to be his biological child, lives in a large cave called the snake palace. Snake Palace is considered a palace for his biological children.

Anyone who wants to enter this snake palace cave, begins with a traditional ritual. Traditional rituals are usually carried out by local traditional elders. The traditional ritual carried out is in the form of "teing tuak". During the traditional procession, the means of "Teing Tuak" is a free-range chicken egg.

 

 








Komentar

Postingan populer dari blog ini

ODW Gua Batu Cermin

Situs Prasejarah Liang Verhoeven

Tete Kilu dan Kenangan yang Terlupakan