Legenda Watu Umpu

Watu Umpu

Watu Umpu adalah sebuah batu besar yang terletak di Lingko Umpu, Desa Watu Umpu, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. Watu Umpu berada tidak jauh dari perkampungan. Watu Umpu merupakan bongkahan batu yang berukuran besar. Batu ini menyerupai wajah manusia. 
      Menurut cerita warga setempat bahwa dahulu Watu Umpu adalah manusia. Watu Umpu sebagai adik dan Poco Kuwus sebagai kakak. Kedua batu tersebut bersaudara. Sang Adik berselingkuh dengan istri sang Kakak maka terkutuklah sang adik. Perbuatan sang Adik tidak sesuai dengan norma adat-istiadat. Akibat dari perbuatannya maka sang Adik terkutuk menjadi Batu. Maka terjadilah Watu Umpu. 

Watu Umpu

Watu Umpu is a large rock located in Lingko Umpu, Watu Umpu Village, Welak District, West Manggarai Regency, Flores, NTT. Watu Umpu is not far from the village. Watu Umpu is a large boulder. This stone resembles a human face.

      According to local residents, Watu Umpu was once a human. Watu Umpu as younger brother and Poco Kuwus as older brother. The two stones are brothers. The younger brother has an affair with the older brother's wife, so the younger brother is cursed. The younger brother's actions are not in accordance with traditional norms. As a result of his actions, his younger brother was cursed to become a stone. So Watu Umpu happened.


      

Legenda Watu Umpu

Pada suatu malam, saat padi mulai menguning, datanglah sepasang suami istri ke pondok Nenek itu. Lalu Nenek bertanya, kalian berasal dari mana? Mereka menjawab, "kami berasal dari Kuwus." Sang nenek lanjut bertanya, “apa yang terjadi di Kuwus sehingga kalian datang kemari. Sang suami menjawab, saya diusir oleh Sang Kakak, karena saya bersetubuh dengan istrinya. Hubungan kami dipergoki Sang Kakak. Kami diusir dari sana. Itulah sebabnya kami pergi meninggalkan Kuwus. entah pergi ke mana, tidak tahu arah tujuannya. Dalam perjalanan, mereka selalu menengok ke belakang ke arah Sang Kakak sambil bertanya kepada Sang Kakak. Kak!, Apakah kami harus tinggal di sini? Sang Kakak menjawab, tidak, kalian jalan terus. Sambil berjalan merekapun menengok ke arah Sang Kakak sambil menanyakan hal yang sama, Kakak apakah kami harus tinggal di sini? Sang Kakak masih dapat melihat dan mendengar suara mereka, diapun berkata sedikit lagi ke arah sana. Perjalanan merekapun berlanjut. Tidak lama kemudian, mereka menengok ke belakang, Sang Kakak tidak kelihatan dan tidak menyahut lagi panggilan mereka. Karena suara mereka tidak kedengaran lagi oleh Sang Kakak, maka mereka memutuskan untuk berpondok di situ. Sejak saat  itulah kami memutuskan untuk tinggal di wilayah tersebut. Di tempat itulah mereka tinggal. Nama tempat itu adalah Lingko Umpu. 

Lingko artinya kebun dan Umpu adalah nama sebuah lingko. Di tempat itu, mereka bertemu dengan nenek seorang pemilik kebun dan mereka meminta agar nenek pemilik kebun pulang ke rumahnya dan mereka menawarkan diri agar mereka menjaga kebun tersebut. Pemilik kebunpun pulang. Tempat itu berubah menjadi batu, maka terjadilah Watu Umpu. . 


The Legend of Watu Umpu

One night, when the rice was starting to turn yellow, a husband and wife came to Grandma's hut. Then grandmother asked, where do you come from? They answered, "we come from Kuwus." The grandmother continued to ask, "What happened in Kuwus that made you come here. The husband answered, my brother kicked me out because I had sex with his wife. Our brother discovered our relationship. We were thrown out of there. That's why we left Kuwus. don't know where to go, don't know the destination. On the way, they always looked back at their older brother and asked him questions. Sis!, Do we have to stay here? The older brother answered, no, you go on. As they walked, they looked at their older brother and asked the same question, Big Brother, do we have to stay here? The older brother could still see and hear their voices, he said a little more in that direction. Their journey continues. Not long after, they looked back, the older brother was nowhere to be seen and did not answer their calls any more. Because their older brother could no longer hear their voices, they decided to stay there. Since then we decided to live in the area. That's where they live. The name of the place is Lingko Umpu.

Lingko means garden and Umpu is the name of a lingko. At that place, they met the grandmother of a garden owner and they asked the grandmother of the garden owner to come home and they offered to look after the garden. The garden owner went home. That place turned into stone, so Watu Umpu occurred.


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ODW Gua Batu Cermin

Gambar
 Batu Cermin Gua Batu Cermin adalah salah satu destinasi wisata populer di Kota Labuan Bajo. Lokasinya yang berada di pinggir kota, dengan akses yang lumayan dekat dari Bandara Komodo dan Pelabuhan membuat tempat ini ramai dikunjungi wisatawan.  Gua ini berada di area bebatuan karst dan hutan bambu seluas 19 hektar. Selain bambu, area gua ini juga ditumbuhi beberapa jenis pepohonan lokal seperti Pohon Daleng, Pohon Bidara, dan Kesambi. Bebatuan tempat Guanya sendiri setinggi 75 meter. Gua ini pertamakali ditemukan oleh Theodore Lambertus Verhoeven pada tahun 1951. Verhoeven adalah seorang imam katolik SVD asal Belanda yang juga menaruh minat pada arkeologi. Kala itu, Verhoeven menjadi pastor SVD dari Eropa yang ditugaskan di Flores. Tahun 1963, ia juga meneliti Liang Bua di Ruteng, tempat ditemukannya fosil manusia kerdil Flores yang disebut Homo Floreseinsis . Dari pengamatan Verhoeven, Gua Batu Cermin dulunya berada di bawah laut. Hal ini bisa dilihat dari bentuk bebatuan ka...
Baca selengkapnya

Situs Prasejarah Liang Verhoeven

Gambar
  Liang Verhoeven Liang Verhoeven adalah sebuah gua payung (rock shelter) yang berada di utara Labuan Bajo. Secara geografis, Liang Verhoeven saat ini memiliki posisi yang lebih dekat dengan pantai, dengan jarak sekitar 900 m ke bibir pantai. Secara administratif Liang Verhoeven berada di Desa Batu Cermin, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Liang Verhoeven berada di atas bukit kecil yang dikelilingi oleh hutan, sebagian merupakan hutan alami dan sebagian lagi hutan buatan.  Liang Verhoeven merupakan salah satu situs abri sous roche, di mana di dalamnya terdapat sisa-sisa sampah dapur berupa sisa-sisa kerang yang sangat berlimpah. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2023, setidaknya terdapat 17 spesies kerang laut dan 2 spesies kerang air payau. Selain di atas permukaan tanah, kepadatan temuan cangkang kerang juga dapat diamati pada bagian dinding parit yang digali oleh Verhoeven. Distribusi kerang yang cukup padat ini menj...
Baca selengkapnya

Tete Kilu dan Kenangan yang Terlupakan

Tete Kilu dan Kenangan yang Terlupakan Mengingat tete kilu (gaplek) seperti mengingat serpihan masa lalu yang tercecer berantakan dan masa kecil yang dengan malu-malu dikenang. Ketika Indonesia diterpa badai krisis moneter yang menggemparkan, sejarah mencatat bahwa telah terjadi kelaparan berkepanjangan dan menyedihkan. Tak ada beras yang melimpah seperti saat ini. Makan nasi tiga kali sehari hanya berlaku bagi ata bora ‘orang kaya’. Pada situasi itulah tete kilu hadir bak pahlawan yang menyelamatkan. Tahun 90-an hingga 2.000-an barang kali merupakan akhir dari masa kejayaan tete kilu . Generasi yang lahir pada periode in bisa jadi merupakan generasi terakhir yang masih lahir dan dibesarkan dengan tete kilu . Saat ini, peran tete kilu telah digantikan oleh beras. Tete kilu hampir tak pernah lagi muncul dipermukaan. Jauh sebelum beras akrab di mulut dan diperut orang Manggarai serta hamparan sawah membentang sejauh mata memandang di area persawahan kecamatan Lembor dan beberapa...
Baca selengkapnya